INFO BEASISWA

Saturday, September 8, 2007

Jimat Manusia

AWALNYA, saya mengenal nama Mary Kay Ash di beberapa terbitan jurnal
Personal Excellence. Tulisannya sederhana, mudah dicerna dan
menyentuh.

Namun, setelah tahu dari majalah Fortune, bahwa perusahaan yang ia
dirikan dan besarkan -- Mary Kay Cosmetics -- adalah salah satu di
antara 500 perusahaan besar dunia, perhatian saya ke wanita tua ini
mulai lebih serius. Setiap artikelnya saya baca. Bukunya saya
cermati. Dan, kendatipun sering ia tampil terlalu wanita sentris,
tetap tidak mengurangi minat saya terhadap ajaran-ajarannya.

Prinsip dia membesarkan perusahaan amatlah sederhana. Mulailah dengan
perhatian, tenggang rasa, dan keperdulian pada orang lain. Laba
adalah hasil ikutan dari keseriusan kita melaksanakan prinsip-prinsip
itu.

Fondasi paling kokoh dari manajemen Mary Kay Cosmetics, adalah sebuah
hukum utama yang berbunyi : 'perlakukan orang lain, sebagaimana Anda
ingin diperlakukan oleh mereka'.

Bagi Anda yang rajin belajar, prinsip terakhir bukanlah barang
baru.Namun, yang unik dari Mary Kay, adalah komitmennya dalam
melaksanakan prinsip tadi dengan penuh keseriusan.

Sebagai penjabaran dari prinsip manajemen dan hukum utama terakhir,
Mary Kay Ash pernah menulis bahwa setiap orang membawa ke mana-mana
tulisan psikologis di dahinya. Tulisan tersebut berbunyi : make me
feel important (disingkat MMFI).

Sepintas tampak, prinsip-prinsip manajemen yang menjadi tiang
penyangga Mary Kay Cosmetics, mirip dengan pendekatan Dale Carnegie
dan Stephen Covey. Benang merahnya, terletak pada modal yang bernama
sentuhan kemanusiaan.

Terus terang, saya bersentuhan dengan pendekatan-pendekatan
humanistik seperti ini dari umur yang amat muda. Seorang kakak saya
memberi buku Dale Carnegie, yang berjudul How to win friends and
convince the others, ketika saya masih di kelas satu SMU. Butuh waktu
lama memang untuk bisa mengaplikasikannya. Tetapi, langkah karir saya
amatlah ditopang oleh prinsip-prinsip terakhir.

Di satu kesempatan pelatihan pada Gulf Resources Ltd., seorang
pemimpin di perusahaan minyak Kanada ini bertanya ke saya : 'apa yang
Anda pakai untuk membuat orang yang di hari pertama galak tidak
ketulungan menjadi hormat di hari ke lima?'. Di Bank Dagang Negara,
seorang pimpinan cabang yang merasa kasihan ke saya - karena menurut
dia saya dikerjain habis-habisan oleh seorang peserta - juga bertanya
hal yang sama ke saya, di akhir sesi. Penghujat di kelas ini,
disamping merangkul saya di hari perpisahan, juga mau bersusah-susah
membeli hadiah buat saya. Saya mengalami pengalaman yang sama
berulang-ulang.

Seorang kawan dekat pernah bergurau, jangan-jangan saya
membawa 'jimat' dari Bali. Secara jujur harus saya akui, saya memang
memiliki 'jimat'. Dan jimat ini memang tidak hanya monopoli orang
Bali. Ia dimiliki oleh siapa saja yang peka akan bahasa-bahasa
kemanusiaan.

Bila ada yang menghujat, saya belajar untuk tidak menghujat balik.
Justru dalam keadaan demikian, saya ingat lagi prinsip Mary Kay Ash
tentang MMFI.

Pertanyaan awal saya setiap menghadapi hujatan, aspek mana dari orang
ini yang perlu diperlakukan penting? Kepintaran, pengalaman,
gengsinya di depan orang lain, atau hal lain?

Bila kepintarannya yang penting, saya mencoba mencari interaksi
antara ide saya dengan ide dia. Jika pengalamannya yang penting, saya
akan menggunakan pengalaman tadi sebagai basis teori saya. Mana kala
gengsi yang penting, saya akan beri dia kesempatan presentasi ke
depan.

Berhadapan dengan orang seperti ini, saya akan coba mencari satu hal
yang spesial untuk kemudian saya angkat sebagai topik pembicaraan. Ia
bisa berupa dasinya yang bagus, sepatunya yang unik, rambutnya yang
rapi atau apa saja yang saya yakin ia banggakan.

Lebih-lebih, bila saya bisa memberinya tambahan informasi dan
pengetahuan, yang membuat dia lebih bangga lagi dengan apa yang
tadinya sudah ia banggakan.

Seorang manajer wanita yang cerdas dan cantik pernah demikian ketus
dengan ide-ide saya. Ketika idenya memang brilian saya akui di depan
orang - kendati ada resiko saya sebagai konsultan dan pelatih tampak
lebih bego. Tatkala data-data dia lebih akurat, saya tidak ragu-ragu
untuk mengakuinya. Begitu break, saya ingat kalau parfum yang ia
pakai berharga amat mahal. Saya mencoba menebak merknya, dan ternyata
tepat. Wanita tersebut tampak demikian surprise, karena saya sudah
membongkar sebuah rahasia yang sebenarnya ia banggakan ke orang lain.
Di rapat berikutnya, entah darimana datangnya rasa hormat, ia menjadi
pendukung saya yang amat membantu.

Di sebuah acara yang cukup besar di Hongkong, seorang rekan berbisik
agar saya hati-hati dengan orang yang jadi moderator saya. Katanya,
orang ini sok pintar, menggurui dan tak segan menghina di depan umum.

Ketika berkenalan, saya amati raut mukanya memang lebih tua
dibandingkan saya. Saya tanya pengalamannya - dan ini biasanya yang
menjadi kebanggaan orang tua - maka berceritalah ia tidak habis-habis
tentang masa lalunya. Terakhir, ketika ia menjadi moderator saya, eh
dia malah banyak menyanjung dan memuji presentasi saya di depan umum.

Rekan saya memang benar. Saya memang memiliki jimat menundukkan
manusia lain. Dan, mantra jimat itu - dalam bahasa Mary Kay Ash -
berbunyi : make him/her feel important!

No comments: