INFO BEASISWA

Monday, August 6, 2007

Kisah 2 Pencuri

Pencuri (I): Emmanuel Ninger

Peristiwa ini terjadi di sebuah toko makanan kecil pada tahun 1887.
Seorang pria yang tampak terkemuka berumur lebih kurang 60 tahun
membeli lobak hijau. Dia menyerahkan kepada pelayan selembar uang
dua puluh dolar dan menunggu kembaliannya. Pelayan toko menerima
uang dan mulai memasukkannya ke laci sementara dia mengambil
kembalian. Walau demikian, dia melihat ada tinta pada jarinya, yang
masih basah karena memegang lobak hijau. Dia terkejut dan berhenti
sejenak untuk memikirkan apa yang akan dilakukannya. Setelah sesaat
bergulat dengan masalah itu, dia membuat keputusan. Pembeli itu
adalah Emmanuel Ninger, teman lama, tetangga, dan pelanggan.
Tentunya orang ini tidak akan memberinya uang palsu. Dia pun
memberikan kembalian dan pembeli tersebut pun pergi.

Kemudian, si pelayan toko berpikir kembali karena uang dua puluh
dolar merupakan jumlah yang sangat besar pada tahun 1887. Dia
akhirnya memanggil polisi. Seorang polisi merasa yakin bahwa uang
dua puluh dolar itu asli. Polisi lainnya kebingungan tentang tinta
yang terhapus. Akhirnya, rasa ingin tahu yang diperpadukan dengan
tanggung jawab memaksa mereka untuk meminta surat penggeledahan atas
rumah Ninger. Di rumah tersebut, di loteng, mereka menemukan
fasilitas untuk mencetak uang lembaran dua puluh dolar. Bahkan
mereka menemukan lembaran uang dua puluh dolar yang masih dalam
proses pencetakan. Mereka juga menemukan tiga potret diri yang
dilukis oleh Ninger.

Ninger adalah seorang pelukis, dan pelukis yang ahli. Dia begitu
ahli, sehingga dia melukis lembaran dua puluh dolar dengan tangan!
Dengan teliti, goresan demi goresan, dia menggunakan sentuhan
keahliannya sedemikian cermat sehingga dia bisa membodohi setiap
orang sampai hari itu.

Setelah dia ditangkap, potret dirinya dijual dalam sebuah lelang
umum dan terjual seharga $16.000, berarti lebih dari $5.000 per
lukisan. Ironi dari kisah ini adalah bahwa Emmanuel Ninger
menghabiskan waktu yang tepat sama untuk melukis uang dua puluh
dolar seperti yang dilakukannya untuk melukis potret diri seharga
$5.000.

Ya, orang cemerlang yang berbakat ini menjadi pencuri dalam segenap
arti katanya. Tragisnya, orang yang paling banyak dicurinya adalah
Emmanuel Ninger sendiri. Bukan hanya dia seharusnya menjadi orang
kaya secara sah bila dia memasarkan kemampuannya, tetapi seharusnya
dia bisa membeli begitu banyak kesenangan dan begitu banyak
keuntungan bagi sesamanya. Dia termasuk dalam daftar pencuri yang
tidak ada habis-habisnya mencuri dari dirinya sendiri ketika mereka
berusaha mencuri dari orang lain.

Apakah kita adalah "Emmanuel Ninger" yang lain, yang memanfaatkan
bakat, ketrampilan, dan diri kita hanya untuk menghasilkan $20,
padahal sebenarnya kita bisa menghasilkan $5.000?

-----------------


Pencuri (II): Arthur Barry

Pencuri ini bernama Arthur Barry. Dia adalah seorang pencuri yang
luar biasa dan spesialisasinya adalah mencuri perhiasan. Barry
mendapat reputasi internasional sebagai salah satu pencuri paling
terkemuka sepanjang masa. Dia bukan hanya seorang pencuri perhiasan
yang sukses, dia juga seorang penilai barang seni. Bahkan dia
menjadi orang yang tinggi hati dan tidak bersedia mencuri dari
sembarang orang.

Para "prospek"-nya bukan hanya harus mempunyai uang dan perhiasan
untuk bisa memancingnya berkunjung, tetapi nama mereka juga harus
terdaftar di eselon atas masyarakat. Kurang lebih menjadi lambang
status bila mereka dikunjungi dan dirampok oleh "pencuri ksatria"
ini. Perasaan ini menyebabkan kepolisian sangat malu.

Suatu malam, Barry tertangkap ketika sedang merampok dan ditembak
tiga kali. Dengan peluru bersarang di tubuhnya, pecahan kaca di
matanya, dan menderita rasa sakit yang luar biasa, dia membuat
pernyataan yang tidak terlalu di luar dugaan, "Saya tidak akan
melakukannya lagi."

Tidak lama setelah dipenjara, dia berhasil meloloskan diri, dan
selama tiga tahun berikutnya hidup bebas di luar penjara. Kemudian
seorang wanita yang cemburu melaporkannya dan Barry menjalani
hukuman penjara selama delapan belas tahun. Setelah dibebaskan,
Barry memenuhi janjinya. Dia tidak pernah menjadi pencuri perhiasan
lagi. Bahkan dia menetap di sebuah kota kecil di New England dan
menjalani kehidupan sebagai warga teladan. Warga kota setempat
menghormatinya dan menjadikannya ketua organisasi veteran lokal.

Walau demikian, akhirnya bocor berita bahwa Arthur Barry, pencuri
permata yang terkenal itu, berada di tengah-tengah mereka. Wartawan
dari seluruh negeri berdatangan ke kota kecil itu untuk
mewawancarainya. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan dan akhirnya
seorang wartawan muda mendapatkan inti persoalan ketika dia
mengajukan pertanyaan yang paling dalam, "Pak Barry," dia
bertanya, "Anda mencuri dari banyak orang kaya selama tahun-tahun
kehidupan Anda sebagai pencuri, tetapi saya ingin tahu apakah Anda
masih ingat siapa yang paling banyak Anda curi?"

Tanpa keraguan sedikitpun, Barry menjawab, "Itu mudah. Dengan bakat
dan kepandaian yang saya miliki, seharusnya saya menjadi usahawan
yang sukses, seorang baron di Wall Street, dan warga masyarakat yang
berjasa memberikan banyak sumbangan, tetapi sebaiknya saya memilih
kehidupan sebagai pencuri dan melewatkan dua pertiga masa dewasa
saya di balik terali besi penjara. Ya, orang yang paling banyak saya
curi adalah diri saya sendiri!"

Apakah kita adalah "Arthur Barry" yang lain, yang "salah"
memanfaatkan bakat dan kemampuan kita dan menghabiskan sebagian
besar masa produktif kita dalam "terali besi" yang kita ciptakan
sendiri?

No comments: