INFO BEASISWA

Friday, July 27, 2007

Kisah Nenek Mulia

Insan Mulia, Pandanglah HambaDahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka.Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, iapergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukansalat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid danmembungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang bercecerandi halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ialewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu.Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahiseluruh tubuhnya.Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjidmemutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika iaingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daunterserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Iamempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya.Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihankepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untukmembersihkannya."Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapaia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu maumenjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkanrahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu."Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yangkecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamatpada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali sayamengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelakjika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itubersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduksaya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cintaRasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati,kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, iajuga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkanamalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadirahmat semua alam selain Rasululloh saw?Di kutip dari buku : "Rindu Rosul - Meraih cinta ilahi melalui syafaat Nabi Saw"hal 31-33Penulis: Jalaluddin Rakhmat,penerbit: Rosda Bandung, .September 2001.

No comments: