INFO BEASISWA

Monday, July 30, 2007

Si Doel

Si Doel sudah setahun ini uring-uringan. Sejak lama ia bertekadmencari ilmu tertinggi dalam bidang agama. Selama ini ia mencarijawab, tak satupun guru ngajinya yang memberi jawab memuaskan. Bolakbalik kitab sudah dibacanya, bahkan mencari ke teman agama lainpuntelah dilakukan. Semuanya, bagi si Doel tak lain hanyalah mengulangulang apa yang pernah ia baca dan dengar. Ada sesuatu yang ingin iatanyakan, sulit untuk dikatakan tapi selalu ter-ngiang dalam benaknya.Sore itu, sembari duduk diteras rumah, si Doel menyimak kang Sartayang sedang memasang dinding rumahnya. Kang Sarta sudah lama menjadilangganan bapaknya. Ia rendah hati, pendiam, santun dan sedikitbicara. Sepertinya bila bekerja, larut dalam kesibukannya. Sekilas siDoel teringat pepatah dulu, ilmu padi semakin tinggi semakinmerunduk. Nah', jangan jangan kang Sarta ini orang berlimu, batin siDoel. Tiba tiba timbul ide aneh dibenaknya.'Kang, boleh nanya nggak ? si Doel menghampiri kang Sarta. Tanpamenoleh, sembari menyerut kaso, kang Sarta menjawab, 'nanya apa,den ?. 'Masalah agama, kang' ujar si Doel langsung. 'Walah den, sayanggak tahu soal seperti itu den' kang Sarta menjawab sambil terusmenyerut kaso. Si Doel tidak putus asa, 'saya mau tahu soal Tuhan,kang !. Kang Sarta tersentak, berhenti menyerut.'Den, pernah masang bata nggak ? tanya kan Sarta. Wah', ini dia,batin si Doel. Sambil meraih bangku, duduk dengan baik, Doel menjawabsemangat, 'belum bisa kang..'. 'Den, dipojok sana ada adukan semen,dan bata didalam tong. Coba aja den Doel, pasang bata diruas kedua,setinggi pagar ruas pertama sebelahnya ' kata kang Sarta, sambilmeneruskan pekerjaannya. Jidat si Doel agak berkerut sedikit. Tetapiia ingat mungkin ini syarat untuk mendapat ilmu.Sejam kemudian. 'Sudah selesai, kang' si Doel kembali duduk dibangku,siap menerima turunnya ilmu. 'Teruskan dengan ruas ketiga dankeempat, den' ujar kang Sarta datar. Agak kesal si Doel, tetapimungkin ini masih dalam syarat mendapat ilmu. Dengan malas si Doelmencoba melanjutkan memasang bata.Sore hari, dengan keringat disekujur badan, si Doel menyelesaikanmemasang bata diruas keempat. Kang Sarta, sudah mandi dan mengemasperalatannya. Dengan lemas si Doel kembali duduk, 'sudah selesaikang'. 'Kalau begitu besok, tinggal disemen den. Saya permisi duluden' kang Sarta menunduk pamit sambil berlalu.Tak terperikan emosi si Doel. Kalau tidak mengingat kang Sartalangganan bapaknya tahunan, ingin rasanya mendamprat saat itu. Sambilmembanting pintu, si Doel masuk pergi mandi....Selesai mandi, masih penuh kekesalan, si Doel duduk diteras memandangkerjaannya hari itu. Matahari barat turun menerawang dibalikdedaunan, kemerahan dan kekuningan bias sinarnya. Suasana ini agakmeredakan hati si Doel. Ia melihat kembali dinding pagar yangdikerjakannya. Sekilas ada yang lewat dibenaknya....Bisa jadi inilah ilmu, batin si Doel. Selama ini ia terlampau sibukberbicara kesana kemari dan jarang 'mendengarkan'. Memasang bataadalah melakukan sesuatu. Tadinya dinding itu belum ada, setelahdipasang sekarang menjadi ada. Bisa jadi selama ini ia sibukberbicara tanpa laku. Padahal dari laku sesuatu rencana bisa jaditerwujud. Kalau ia ingin tahu Tuhan, bagaimana mungkin didapat bilahanya sekedar berfikir dan berbicara. Bukankah bila diwujudkan dalamlaku hidup, pertanyaan ini ada jawabnya ?Alhamdulillah.., si Doel mengucap. Inilah ilmu yang ia cari selamaini.Esoknya, saat kang Sarta datang, si Doel menghampiribersalaman. 'Kang, terima kasih banyak atas ilmunya', kata si Doeltulus. Kang Sarta tersenyum asih, 'sudah ketemukan den, jadi nggakperlu nyemen, biar saya aja'. Jarang si Doel melihat kang Sartatersenyum. Hatinya damai hari ini, dan didalam batin si Doel berkata,kang Sarta memang seorang guru yang pernah singgah didalam dirinya.

No comments: